NERACA PEMBAYARAN INTERNASIONAL
A. Pengertian Neraca Pembayaran
Internasional
Neraca pembayaran internasional biasa
didefinisikan sebagai suatu ikhtisar atau catatan sistematis yang berisi hubungan ekonomi atau
transaksi antarpenduduk dari suatu Negara dengan Negara lainnya yang dinilai
dalam mata uang pada kurun waktu tertentu, biasanya satu tahun.
Seperti dijelaskan diatas bahwa neraca
pembayaran suatu negara mencatat
transaksi yang dilakukan oleh penduduknya dengan penduduk negara yang lain.
penduduk disini dalam artian adalah :
1.
Orang
perorangan/individu
Orang perorangan yang tidak mewakili
pemerintah suatu negara (misalnya para turis) dianggap sebagai penduduk di mana
mereka mempunyai tempat tinggal tetap atau tempat dimana mereka memperoleh center
of interest.
2.
Badan hukum
Suatu Badan Hukum dianggap sebagai
penduduk dari negara dimana Badan Hukum tersebut memperoleh status sebagai
Badan Hukum. Cabang-cabangnya yang ada di luar negeri dianggap sebagai penduduk
luar negeri.
3.
Pemerintah
Badan-badan pemerintah adalah jelas
sebagai penduduk dari negara yang diwakilinya. Misalnya, para diplomat kedutaan besar dianggap sebagai
penduduk dari negara yang mereaka wakili. Transaksi yang mereka adakan di
negara lain merupakan transaksi ekonomi internasional.
B.
Tujuan Neraca Pembayaran Internasional
Penyusunan neraca pembayaran mempunyai
beberapa tujuan, yaitu sebagai berikut :
1.
Sebagai bahan pertimbangan bagi
pemerintah untuk mengambil langkah-langkah di bidang ekonomi. Bidang ekonomi di
sini termasuk ekspor dan impor, hubungan utang piutang, hubungan penanaman
modal, dan hubungan lainnya yang menyangkut neraca pembayaran.
2. Sebagai bahan pertimbnagan bagi
pemerintah untuk mengambil kebijkan di bidang moneter dan fiscal.
3. Sebagai bahan pertimbnagan
bagi pemerintah untuk mengetahui pengaruh hubungan ekonomi internasional
terhadap pendapatan nasional.
4. Sebagai bahan pertimbangan bagi
pemerintah untuk mengambil kebijakn di bidang politik perdagangan
Internasional.
C. Pos-pos Neraca
Pembayaran
1.
Pos Transaksi
Dagang
Pos transaksi dagang mencatat seluruh
ekspor dan impor barang dan jasa. Impor barang dan jasa dicatat di sebelah
debet, sedangkan ekspor barang dan jasa dicatat di sebelah kredit. Apabila pos
ini meliputi barang-barang yang berwujud atau nyata disebut sebagai transaksi
dagang nyata (visible trade transaction), sebaliknya jika meliputi
barang-barang yang tidak nyata atau transaksi jasa (invisible trade
transaction). Contohnya ekspor kopi Indonesia ke luar negeri dijumpai dalam
pos transaksi dagang yang nyata pada sebelah kredit neraca pembayaran
Indonesia. Sebaliknya apabila orang Malaysia yang menaiki pesawat Garuda
Indonesia Airways dari Kuala Lumpur ke Jakarta, pos transaksinya termasuk dalam
transaksi jasa di sebelah kredit.
Dalam pos transaksi jasa (invisible
trade transaction) termasuk juga biaya-biaya transport lainnya dan semua
pengeluaran turis asing. Transaksi jasa lainnya ialah langganan
publikasi-publikasi luar negeri, sewa tanah, dan sewa bangunan. Impor ekspor
emas sebagai barang dagangan yang biasanya dipergunakan untuk bahan pembuatan
perhiasan dimasukkan ke dalam pos transaksi dagang yang nyata, sebaliknya impor
ekspor emas dalam arti moneter atau berfungsi sebagai uang tidak akan
dimasukkan ke dalam pos transaksi dagang yang nyata, tetapi akan dimasukkan ke
dalam pos tersendiri.
Dalam pos transaksi dagang nyata (visible
trade transaction) termasuk pula pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang
belum termasuk dalam pos-pos lainnya, seperti gaji pegawai asing di luar
negeri.
2.
Pos Pendapatan
Modal
Pos pendapatan modal (income on
investment) adalah semua transaksi penerimaan hasil modal penduduk yang
ditanam di luar negeri mereka, dan penerimaan pendapatan oleh penduduk negara
lain yang menanam modalnya di dalam negeri kita. Umumnya berbentuk keuntungan
deviden dan bunga. Keuntungan, dividen dan bunga yang diterima dari hasil penanaman modal
di luar negeri dalam neraca pembayaran akan terlihat pada transaksi kredit,
dalam pos pendapatan modal. Sebaliknya, keuntungan, deviden dan bunga yang
dikirim ke luar negeri, sebagai hasil dari penanaman modal di dalam negeri
kita, akan ditemui dalam transaksi debet pada pos pendapatan modal.
3.
Pos
Transaksi-transaksi Unilateral
Transaksi unilateral (unilateral
transaction), antara lain termasuk di dalamnya hadiah (gift),
bantuan (aids), dan transfer unilateral (unilateral transfer).
a.
Transaksi hadiah berbeda dengan
transaksi lain. Transaksi ini tidak mengakibatkan timbulnya kewajiban bagi si
penerima untuk membayar harga hadiah yang telah diterima tersebut. Begitu juga
bagi si pemberi hadiah, transaksi penyerahan barang tidak menimbulkan hak
baginya untuk menerima pembayaran. Transaksi yang tidak menimbulkan hak dan
kewajiban ini disebut sebagai transaksi unilateral (unilateral transaction),
atau sering pula disebut sebagai transaksi sepihak (one way transaction),
atau “transaksi tanpa quit pro quo”, dimana suatu prestasi tidak diimbangi
dengan prestasi balasan.
b.
Bantuan (aids) yang sering
kita jumpai dalam pemberitaan media massa, seperti bantuan
makanan dan
obat-obatan ke negara-negara tertentu yang sedang dilanda bencana alam juga termasuk
transaksi sepihak.
c. Pos transaksi transfer
unilateral adalah pos pengimbang dari transaksi unilateral atau
transaksi sepihak. Untuk mengimbangi transaksi sepeihak debet atau kredit, maka
pos transfer akan menjadi debet dan kredit.
4.
Pos Penanaman
Modal Langsung
Yang tergolong dalam pos penanaman
modal langsung (direct investment), ialah seluruh transaksi yang
berhubungan dengan jual beli saham atau perusahaan antara penduduk suatu negara
dengan penduduk negara lain, termasuk dalam hal ini adalah penanaman modal
langsung oleh penduduk suatu negara seperti mendirikan perusahan baru di negara
lain.
Bila terjadi pembelian saham atau
pembelian perusahaan oleh penduduk suatu negara dari penduduk negara lain, maka
pos penanaman modal langsung akan di debet. Sebaliknya akan di kredit jika
terjadi penjualan saham kepada penduduk negara lain atau ada penduduk negara
lain yang mendirikaan perusahaan di dalam negeri.
5.
Pos Hutang
Piutang Jangka Panjang
Pos hutang piutang jangka panjang (long
term loan), meliputi kredit yang jangkanya lebih dari satu tahun. Termasuk
juga di dalamnya jual beli surat obligasi antara penduduk suatu negara dengan
penduduk negara lain. Penjualan obligasi oleh penduduk Indonesia kepada
penduduk negara lain, akan terlihat dalam pos hutang piutang jangka panjang
dalam neraca pembayaran Indonesia di sebelah kredit, sebaliknya akan terlihat
di debet pos hutang piutang jangka panjang apabila penduduk Indonesia membeli
obligasi dari penduduk negara lain. Pos hutang piutang jangka panjang ini dipisahkan menjadi dua
bagian:
a. Pos hutang piutang jangka panjang
pemerintah (official long term loan)
b. Pos hutang piutang jangka panjang
swasta (private long term loan)
6.
Pos Hutang
Piutang Jangka Pendek
Hutang piutang jangka pendek (short
term loan) merupakan kredit yang jangka waktunya tidak lebih dari satu
tahun. Umumnya terdiri dari penarikan dan pembayaran surat-surat wesel. Hal-hal
lainnya sama dengan pos hutang piutang jangka panjang. Pos hutang piutang
jangka pendek sering diusahakan menjadi:
a. Pos hutang piutang jangka pendek
pemerintah (official short term loan)
b. Pos hutang piutang jangka pendek swasta
(private short term loan)
7.
Pos Sektor
Moneter
Pos sektor moneter (monetary sector)
atau biasa disebut lalu-lintas
moneter (Monetary Acomodating) pada dasarnya
adalah transaksi-transaksi pembayaran. Pembayaran itu meliputi
pembayaran-pembayaran terhadap transaksi-transaksi yang tercatat dalam rekening
berjalan (current account), seperti transaksi-transaksi perdagangan,
pendapatan modal dan transfer unilateral. Di samping itu termasuk pula
transaksi-transaksi penanaman modal langsung (investment account),
seperti hutang piutang jangka panjang dan hutang piutang jangka pendek bukan
moneter. Jika pengeluaran current account dan investment account
lebih besar dari penerimaan
pada current account dan investment account, maka
akan terdapat suatu perbedaan tersebut
merupakan defisit yang harus ditutup dengan saldo kredit pada pos sektor
moneter (monetary sector) atau sering juga disebut sebagai neraca
pembayaran sektor moneter(monetary sector account).
Biasanya dalam neraca pembayaran sektor
moneter ini terdiri dari :
a. Bank Sentral
(1) Hubungan dengan
Dana Moneter Internasional
(IMF)
(2) Kewajiban-kewajiban
jangka pendek
(3) Mutasi cadangan
devisa
(4) Mutasi cadangan
emas moneter
b. Bank-bank
Devisa
(1) Kewajiban-kewajiban
jangka pendek
(2) Mutasi cadangan
devisa
Pos hubungan dengan Dana Moneter
Internasional akan terdapat jika cadangan pada badan tersebut dan saldo hak
dari SDR (Special Drawing Right) mengalami perubahan. Kerjasama antar
bank sentral berbagai negara akan membantu memecahkan kesulitan-kesulitan
likuiditas luar negeri negara-negara anggota yang sangat mendesak dan berjangka
pendek, hal ini dapat dilakukan dengan fasilitas-fasilitas yang disebut swap.
Transaksi-transaksi swap ini akan dicatat pula dalam kewajiban-kewajiban
jangka pendek.
Mutasi cadangan devisa merupakan pos dimana dicatat
transaksi-transaksi penerimaan dan pemakaian valuta asing. Baik untuk bank
sentral maupun untuk bank-bank swasta, penerimaan valuta asing dari luar negeri
akan merupakan transaksi debet, sedangkan pemakaian valuta asing ke luar negeri
merupakan transaksi kredit pada masing-masing pos.
Dalam pos mutasi cadangan emas moneter dicatat
perubahan-perubahan yang terjadi pada besarnya cadangan emas moneter. Yaitu gold out flow atau aliran
emas ke luar negeri dicatat sebagai kredit, sedangkan gold in flow atau
aliran emas ke dalam negeri dicatat di sebelah debet.
8.
Pos Selisih Perhitungan (Errors and Omissions)
Pos ini merupakan pos penyeimbang apabila nilai
transaksi-transaksi kredit tidak sama dengan nilai transaksi-transaksi debet.
Dengan adanya pos selisih perhitungan ini, maka jumlah total nilai sebelah
kredit dan debet dalam neraca pembayaran internasional akan selalu sama (balance).
D.
Beberapa
Pengertian “Balance” dalam Neraca Pembayaran
Konsep “balance”
Dalam neraca pembayaran mempunyai arti yang
berbeda-beda.Pada dasarnya ada empat pengertian balance.
1. Basic Balance
Basic balance terdiri dari balance dalam transaksi yang
sedang berjalan (current account balance) ditambah dengan transaksi
modal jangka panjang. Basic balance akan berubah-ubah apabila terjadi perubahan
prinsipil dalam perekonomian seperti perubahan harga, kurs valuta asing dan
pertumbuhan ekonomi. Perubahan dalam basic balance akan tercermin dalam
perubahan aliran modal jangka pendek dan selisih perhitungan (Errors and
Ommissions). Dengan demikian, basic balance memberikan informasi tentang
akibat perubahan perkonomian terhadap neraca pembayaran, yaitu akibatnya
terhadap aliran modal jangka pendek. Menurut pandangan ini, dalam jangka
panjang basic balanceakan menjadi nol.
2. Basic Transaksi “Autonomous”
Balance ini terdiri dari basic balance ditambah dengan
aliran modal jangka pendek. Dalam hal ini pemerintah seharusnya lebih
memperhatikan balance transaksi autonomous yang diimbangi dengan transaksi
reserves pemerintah dan selisih perhitungan daripada basic balance sebab
kenyataanya aliran modal jangka pendek jarang sekali sama dengan nol. Defisit
atau surplus suatu neraca pembayaran dilihat dari balance transaksi autonomous
yang kemudian tercermin dalam transaksi accomodating yaitu aliran modal
pemerintah jangka pendek.
Transaksi accomodating merupakan transaksi yang timbul
sebagai akibat dari adanya transaksi lain sedangkan transaksi autonomous
merupakan transaksi yang muncul dengan sendirinya tanpa dipengaruhi oleh
transaksi lain. yang termasuk dalam transaksi autonomous adalah transaksi
sedang berjalan, transaksi kapital dan transaksi satu arah. Ketidakseimbangan
antara transaksi autonomous debit dan kredit menimbulkan transaksi lalu lintas
moneter seperti misalnya mutasi dalam hubungan dengan IMF, pasiva luar negeri
serta aktiva luar negeri.Defisit atau surplus suatu neraca pembayaran dapat
diketahui dari transaksi autonomous tersebut.
3. Liquidity Balance
Konsep liquidity balance ini dikembangkan di Amerika Serikat
untuk mengukur posisi neraca pembayarannya. Perbedaannya dengan balance
autonomous adalah dalam perlakuan terhadap pemilikan kekayaan (assets) jangka
pendek. Kekayaan asing (seperti surat berharga jangka pendek atau deposito
bank) yang dimiliki oleh penduduk Amerika diperhitungkan sebagai faktor yang
mempengaruhi ketidakseimbangan neraca pembayaran. Liquidity balance bersama
basic balance dan selisih yang diperhitungkan merupakan faktor yang menyebabkan
ketidakseimbangan neraca pembayaran. Sebaliknya, kekayaan jangka pendek Amerika
yang dimiliki oleh penduduk lain dianggap sebagai sumber pembiayaan
ketidakseimbangan yang timbul dalam neraca pembayaran.
4. Balance Transaksi Pemerintah Jangka Pendek
Konsep ini juga berkembang di Amerika Serikat. Menurut
konsep ini, neraca pembayaran terdiri dari penjumlahan basic balance, selisih
yang diperhitungkan dan rekening modal jangka pendek (sesudah dikurangi dengan
modal Amerika jangka pendek yang dimiliki oleh lembaga moneter negara lain).
Ketidakseimbangan yang timbul dalam neraca pembayaran diseimbangkan dengan
cadangan modal pemerintah serta modal pemerintah jangka pendek yang dimiliki
oleh lembaga moneter asing.
E.
Beberapa Sumber Neraca Pembayaran Indonesia
Neraca pembayaran luar negeri Indonesia
dapat diperoleh dari penerbitan resmi, antara lain :
1. Nota Keuangan
dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diterbitkan setiap
tahun sekali untuk masing – masing tahun anggaran oleh Departemen Keuangan
Republik Indonesia.
2. Bank Indonesia
: Laporan Tahun Pembukuan, yang diterbitkan setiap tahun sekali untuk
masing – masing tahun anggaran oleh
Bank Indonesia.
3. Statistik
Ekonomi – Keuangan Indonesia, yang diterbitkan dua bulan sekali oleh Bank
Indonesia.
4. Statistik
Indonesia : Statistical Yearbook of Indonesia, yang diterbitkan oleh Badan Pusat
Statistik setahun sekali.
5. Indikator
Ekonomi, yang diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik sebulan sekali.
Namun perlu diingat bahwa neraca-neraca
pembayaran yang diterbitkan oleh berbagai penerbit resmi tersebut di atas
susunan dan angka – angkanya tidak selalu sesuai. Perbedaan – perbedaan
tersebut kemungkinan merupakan akibat :
1. Penggunaan
dasar waktu yang berbeda.
2. Penggunaan
sistematika yang berbeda.
3. Perbedaan sumber
statistik yang dipakai.
4. Perbedaan –
perbedaan yang timbul disebabkan karena angka yang satu masih merupakan angka
sementara, sedangkan angka yang lainnya merupakan angka yang sudah diperbaiki.
Dari segi bentuk susunannya neraca
pembayaran yang termuat dalam Laporan Tahunan Bank Indonesia merupakan neraca
pembayaran yang bentuknya paling sesuai dengan bentuk yang disarankan oleh
lembaga moneter dunia
yaitu International Monetary Fund (IMF).
F.
Masalah Dalam Analisis Neraca Pembayaran
Basic balance, balance transaksi autonomous, liquidity
balance, dan balance transaksi pemerintah jangka pendek merupakan hal yang
sangat membantu di dalam analisis suatu neraca pembayaran. Namun sangat sukar
untuk menentukan konsep balance yang relevan karena setiap konsep balance
menunjukkan aspek yang berbeda, misalnya untuk pengambilan keputusan bagi
pemerintah.
Beberapa masalah yang timbul dalam analisis neraca
pembayaran:
1. Sering mengabaikan saling hubungan
antara transaksi internasional yang satu dengan yang saja tanpa melihat
hubungannya denagn yang lain.
2. Surplus dalam transaksi yang sedang
berjalan sering dianggap baik, sebaliknya jika mengalami deficit maka akan
dianggap jelek. Anggpan semacam ini tidak selalu benar.Sebagi contoh, Amerika
Serikat, penerimaan keuntungan dari investasi luar negerinya lebih besart
daripadainvestasinya.Untuk mengimbangi aliran keuntungan yang masuk, maka
transaksi yang sedang berjalan harus deficit. Dalam hal ini, bahwa deficit
tidak selalu buruk.
3. Keputusan untuk member bantuan
seharusnya lebih didasarkan pada kekuatan ekonomi
Negara
secara keseluruhan bukan atas dasra pertimbangan neraca pembayaran.misalnya,
Indonesia mempunyai surplus neraca pembayaran dan inggris menaglami deficit,
tidak berarti Indonesia harusmemberi bantuan pada Inggris.
G. Analisis Neraca
Pembayaran
1. Analisis Negara
Debitur dan Negara Kreditur
Analisis Negara
Debitur dan Negara Kreditur
dilakukan dengan cara membandingkan nilai kekayaan penduduk suatu
negara yang tertanam diluar negeri dengan nilai kekayaan penduduk negara lain
yang tertanam didalam perekonomian negara tersebut, maka kita dapat membedakan
antara negara yang memiliki status negara kreditur dan negara kreditur. Negara
kreditur atau creditor country merupakan jumlah nilai kekayaan dalam
artian luas, yaitu meliputi semua harta benda yang dimiliki suatu negara secara
langsung, pesertaan modal dan semua piutang dimana nilai kekayaan negara
tersebut melebihi seluruh kekayaan yang tertanam di negara asing. Sedangkan
negara debitur atau debtor country yaitu apabila suatu negara memiliki
jumlah nilai kekayaan penduduk yang tertanam diluar negeri lebih kecil
dibandingkan dengan jumlah nilai kekayaan negara lain yang tertanam di negara
tersebut.
Pendapatan yang diperoleh penduduk suatu negara sebagai
hasil yang diperoleh dari penanaman modal diluar negeri tertampung dalam pos
pendapatan modal atau income on investment. Oleh karena itu nilai kredit
pada pos pendapatan modal merupakan pendapatan yang diperoleh penduduk suatu
negara sedangkan nilai debit pada pos pendapatan modal merupakan pendapatan
yang diperoleh investor asing dari penanaman modalnya didalam negara. Untuk
lebih memperjelas akan diuraikan sebagai berikut :
a.
Apabila pos pendapatan modal sebuah
neraca pembayaran memiliki saldo kredit maka
negara tersebut merupakan negara
kreditur
b.
Apabila pos pendapatan modal memiliki
saldo debit maka negara tersebut merupakan negara debitur
2. Analisis Investasi Luar Negeri
Apabila analisis status debitur-kreditur suatu Negara
disebut sebagai analisis jangka
panjang, maka analisis investasi luar negeri dikategorikan
sebagai analisis jangka pendek.
Untuk
menganalisis investasi luar negeri pos-pos neraca pembayaran digolongankan
sebagai berikut :
I.
Saving Accounts :
1. Perdagangan (barang dan jasa)
2. Pendapatan modal
3. Transaksi-transaksi unilateral
II. Investment Accounts :
4. Penanaman modal langsung
5. Hutang-piutang jangka panjang
6. Hutang-piutang jangka pendek
III. Cash Accounts :
7. Sektor moneter
Sesudah pos-pos neraca pembayaran kita golongankan seperti
diatas, maka selanjutnya meneliti saldo-saldo dari kelompok pos-pos tersebut.
Pertama kita perhatikan saldo investment accounts. Investment
accounts yang memiliki saldo debit menunjukkan bahwa Negara tersebut
melakukan foreign investment. Sebaliknya jika investment
accounts memiliki saldo kredit menunjukkan Negara tersebur melakukan foreign
disinvestment.
Foreign investment yang dibarengi oleh foreign saving, yaitu saldo
kredit pada saving account, memiliki tendensi untuk bisa bertahan lama.
Sebaliknya jika foreign investment dibarengi oleh foreign dissaving
yaitu saldo debit pada saving account, dapat diramalkan bahwa foreign
investmenttersebut tidak akan bertahan lama. Saldo debit pada investment
accounts yang dibarengi oleh debit pada saving account pasti
disertai dengan kreditnya saldo cash account. Kreditnya saldo cash
account yang dinamakan foreign dishoarding. Foreign dishoarding berupa
penurunan cadangan internasional Negara tersebut. Jika Negara tersebut
mengalami foreign dishoarding terus menerus maka cadangan internasional
akan turun terus menerus yang pada akhirnya cadangan tersebut tidak dapat
dikurangi lagi, dimana foreign investment tidak mampu lagi
dipertahankan.
Saldo kredit investment account menunjukkan adanya capital
inflow atau impor capital netto dan saldo debit investment
account menunjukkan besarnya capital outflow yang disebut adanya ekspor
modal netto, maka dapat dipahami bahwa saldo kredit investment account
tendensinya mengakibatkan meningkatnya nilai saldo debit atau menurunnya nilai
saldo kredit pos pendapatan modal. Sebaliknya dengan saldo debit investment
account yaitu tendensinya akan mengakibatkan meningkatnya saldo kredit atau
menurunnya saldo debit pos pendapatan modal.
3. Analisis Debt-Service Capacity
Debt service capacity analysis atau analisis daya kemapuan
pemenuhankewajiban hutang luar negeri dimanfaatkan oleh Negara-negara kreditur
dalam mempertimbangkan pemberian pinjaman luar negeri, khususnya pinjaman yang
diberikan kepada Negara-negara yang sedang berkembang. Analisis semacam ini
sangat perlu karena pengalaman menunjukkan jumlah Negara yang sedang berkembang
yang pernah mengalami ketidakmampuan memnuhi kewajiban membayar bungan dan
angsuran pinjaman kepada Negara lain dikatakan cukup banyak.
Tingginya daya kemampuan suatu Negara dalam memenuhi
kewajiban-kewajiban luar negeri yang timbul akibat dari pinjamana luar negeri
merekan dapat diukur dengan menggunakan Debt-servcing capacity indicator (DSC)
adalah indikator-indikator day’a pemenuhan
kewajiban hutang luar negeri, sedangkan debt service adalah jumlah bunga
pinjaman dan cicilan yang harus dibayar oleh penduduk Negara lain untuk kurun
waktu neraca pembayaran.
Indikator yang paling sering digunakan adalah :
a.
Debt
service to exports ratio
Merupakan angka
banding antara nilai debt service dengan nilai export total. Semakin tinggi
angka banding, semakin rendah daya kemampuan suatu Negara dalam melunasi
kewajiban-kewajiban luar negerinya.
b.
Imports
to reserve ratio
Angka banding
antara nilai impor dengan cadangan luar negeri. Tingginya angka ini menunjukkan
kecilnya cadangan valuta asing yang dapat dipergunakan untuk memenuhi kewajiban
luar negri yang sudah jatuh tempo.
c.
Outstanding
debt to current amortization ratio
Angka banding pinjaman
luar negeri yang dimiliki oleh suatu Negara terhadap besarnya cicilan, semakin
tinggi nilai indicator DSC ini semakin tinggi resiko pemberian pinjaman kepada
Negara.
d.
Debt
service to capital inflow ratio
Yaitu jika
masuknya modal ke dalam negeri dapat dipergunakan untuk menutup neraca
perdagangan yang defisit maupun juga untuk menutup kewajiban membayar bunga dan
cicilan hutang luar negeri.
e.
Import
to GNP ratio
Yaitu angka
banding nilai import terhadap nilai produk nasional bruto. Tingginya
nilai indicator ini menunjukkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
sangat menggantungkan pada tersedianya barang dan jasa luar negeri.
f.
Tingkat
pertumbuhan eksport
Meningkatnya
nilai ekspor berarti penerimaan devisa juga akan meningkat yang dapat
digunakan untuk membayar debt service.
g.
Fluktuasi
Ekspor
Fluktuasi nilai
maupun volume ekspor komoditi yang satu dengan komoditi yang lain itu
berbeda-beda. Sifat lebih tingginya fluktuasi ekspor dapat menunjukkan lebih
rendahnya debt servicing capacity suatu Negara.
h.
Tingkat
Pertumbuhan produk domestik perkapita
Semakin tinggi
tingkat pertumbuhan produk domestik perkapita semakin besar juga proposi
pendapatan untuk konsumsi sehingga proposi yang diperuntukkan untuk melunasi kewajiban
masyarakat dalam melunasi bunga dan pengembalian pinjaman dalam dan luar negeri
meningkat.
H.
ANALISIS
EKUILIBRIUM-DISEKUILIBRIUM NERACA
PEMBAYARAN
Konsep keseimbangan (equilibrium) dalam ilmu ekonomi sudal
lama dipakia dalam berbagai bidang analisa ekonomi, demikian juga sebaliknya
konsep ketidakseimbangan (disequilibrium). Keseimbangan dalam neraca pembayaran
sering digambarkan sebagai suatu masa depan yang cerah, menanamkan rasa
kepastian dengan penuh harapan dalam perekonomian.
Dalam pengertian tata buku neraca
pembayaran selau seimbang, dimana jumlah nilai debet sama dengan jumlah nilai
kredit. Dari sisi ekonomi keseimbangan itu sendiri yaitu dimana pos-pos neraca
pembayaran dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama. Keadaan ini
dimungkinkan bila penerimaan luar negeri keseluruhannya seimbang dengan
pengeluaran luar negeri. Dengan demikian keseimbangan yang dimaksud adalah
keseimbangan yang berarti dinamis, bahw dri waktu ke waktu atau dalam jangka
waktu yang cukup panjang keseimbangan itu semakin membaik. Dalam suatu
transaksi dikenal dengan istilah transaksi otonom dan transaksi kompensasi.
Dimana transaksi otonom itu sendiri berarti transaksi dengna motif profit,
timbul dengan sendriinhya bukan timbul sebagi akibat transaksi lain. Sedangkan
transasksi kompensasi adalah transaksi pelengkap dari transasksi lain.
Kemudian untuk keadaan dimana neraca pembayaran tidak
seimbang (disequilibrium) apabila susunan nilai dari pos-pos dalam neraca
pembyaran tersebut tidak dapat berahan lama secara wajar dan haromonis, tapi
berubah-rubah naik dan turun.Kemampuan beli luar negeri suatu negara
ditentukan oleh besarnya peneriaman luar negeri dan besarnya cadangan
internasional yang dimiliki. Bila jumlah seluruh penerimaan luar negeri yang
dimiliki kecil dari jumlah seluruh pengeluaran luar negeri, maka cadangan
internasional akan turun, karena sebagian kan mengalir ke luar negeri untuk
menutup perbedaan diatas. Bila penrunan cadangan ini berlangsung terus menerus,
akibanya negara akan kehabisan cadang internasionalnya. Kalau cadangan sudah
terpakai habis, maka sulitlah bagi negar itu untuk mempertahankan nilai pos-pos
seperti sebelumnya. Dan susunan nilai-nilai itu akan mengalami
perubahan-perubahan. Keadaan inilah yang disebut suatau neraca pembayaran tidak
seimbang (disequilibrium).
Kebutuhan untuk mengetahui neraca
pembayaran sangat dibutuhkan dengan segera, akan tetapi pada kenyataannya
transaksi yang berlangsung berjalan dalam jangka waktu yang cukup lama, maka
dari itu untuk mempermudah mengetahui keseimbangan ada beberapa
konsepsi-konsepsi lain untuk mengetahui surplus defisitnya suatu neraca
pembayaran, antara lain konsepsi saldo transaksi dasar, konsepsi saldo
likuiditas bruto, konsepsi saldo transaksi cadangan resmi, konsepsi saldo
likuiditas ntto, konsepsi transaksi jangka pendek, dan konsepsi saldo transaksi
moneter.
1.
Konsepsi
Saldo Transaksi Dasar
Mempunyai nama asli Basic Balance Concept, dengan cara
pengelompokan pos – pos sebagai berikut :
a.
Saldo Barang – barang
dan Jasa – jasa
b.
Saldo Transaksi
Unilateral
c.
Saldo Modal
Jangka Panjang
d.
Selisih Yang
Tidak Diperhitungkan
e.
Saldo Modal
Jangka Pendek
f.
Saldo Cadangan
Moneter
2.
Konsepsi
Saldo Likuiditas Bruto
Mempunyai nama asli Gross Liquidity Balance
Concept,dengan cara pengelompokan pos – pos sebagai berikut :
a.
Saldo Dasar ( =
Basic Balance)
b.
Saldo Modal
Jangka Pendek swasta domestik
c.
Saldo pinjaman
komersial asing
d.
Selisih yang
tidak doperhitungkan
e.
SALDO Modal
Jangka Pendek Swasta Asing (kecuali kredit komersial)
f.
Saldo Cadangan
Moneter
3.
Konsepsi
Saldo Transaksi Cadangan Resmi
Mempunyai nama asli Balance on official reserve
transaction concept. dengan cara pengelompokan pos – pos sebagai berikut :
a.
Saldo
likuiditas bruto
b.
Saldo modal
jangka pendek swasta asing (kecuali hutang – hutang komersial)
c.
Saldo modal
jangka pendek pemerintah asing, meliputi di dalamnya pemilikan oleh
penduduk negara
lain atas surat – surat berharga pemerintah dalam negeri (kecuali modal dan
pemilikan surat – surat berharga oleh penguasa – penguasa/ lembaga – lembaga
moneter)
d. Saldo pemilikan modal jangka pendek
oleh penguasa/ lembaga – lembaga moneter negara negara lain (meliputi di
dalamnya surat – surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah sendiri)
e.
Saldo Cadangan
Moneter
4.
Konsepsi
Saldo Likuiditas Netto
Nama aslinya
adalah Net Liquidity Balance Concept. dengan cara pengelompokan pos
pos sebagai berikut :
a.
Saldo dasar
b.
Saldo modal
jangka pendek swasta yang tidak likuid
c.
Alokasi SDR
d.
Selisih yang
tidak diperhitungkan
e.
Saldo modal
swasta yang likuid
f.
Saldo transaksi
– transaksi cadangan resmi
5.
Konsepsi
Saldo Transaksi Jangka Pendek
Menurut konsepsi ini pos – pos dalam
neraca pembayaran luar negeri dikelompokkan sebagai berikut :
a.
Saldo barang –
barang dan jasa
b.
Salso transaksi
pendapatan modal
c.
Saldo transaksi
unilateral
d.
Selisih yang
tidak diperhitungkan
e.
Saldo penanaman
modal langsung
f.
Saldo hutang
piutang jangka panjang
g.
Saldo hutang
piutang jangka pendek
h.
Saldo transaksi
moneter
6.
Konsepsi
Saldo Transaksi Moneter
Menurut konsepsi ini pos – pos dalam
neraca pembayaran luar negeri dikelompokkan
sebagai berikut :
a.
Saldo barang –
barang dan jasa
b.
Salso transaksi
pendapatan modal
c.
Saldo transaksi
unilateral
d.
Selisih yang
tidak diperhitungkan
e.
Saldo penanaman
modal langsung
f.
Saldo hutang
piutang jangka panjang
g.
Saldo hutang
piutang jangka pendek
h.
Saldo transaksi
moneter
I.
FLUKTUASI NERACA PEMBAYARAN
Fluktuasi neraca pembayaran disebabkan oleh banyak hal. Sebab-sebab
yang menimbulkan fluktuasi ini antara lain ialah perubahan tingkat harga dalam
negeri, pergeseran permintaan luar negeri, ketidakstabilan dalam negeri,
keadaan struktur produksi, perubahan posisi hutang piutang dengan luar negeri
dan juga becana alam.
- Perubahan Harga Barang dan Jasa dalam Negeri
Perubahan pertama: harga yang
menurun akan menurunkan biaya prduksi. Dengan turunnya biaya poduksi barang dan
jasa tesebut, maka barang dan jasa
tersebut dapat bersaing di luar negeri. Ekspor akan bertambah dan cadangan
internasionalpun akan meningkat. Tentu saja hal ini baru
berfungi sekiranya
barang-barang impor tidak naik, atau kalau naik dengan prosentase yang lebih rendah dari pada
turuny barang ekspor,
sehingga jumlah inpoor dapar ditutupi dengan sebagian hasil ekspor.
Jadi, impor tidak
mengorbankan ekspor yang relative besar.
Perubahan kedua: bilamana
perubahan harga barang menaik dalam negeri. Hal ini akan bertendensi menaikkan biaya
produksi. Sehingga pada
gilirannya akan menaikkan harga barang
ekspor. Ekspor akan semakin berkurang,
karena tidak dapat bersaing di luar negeri. Kalau ini berlangsung lama dan
biaya produksi ekspor tidak dapat diturunkan, maka cadangan akan menurun,
sehingga neraca pembayaran akan
kembali tidak seimbang.
- Pergeseran Pemintaan luar Negeri
Banyak sekali faktor yang
menimbulkan pergeseran
permintaan luar negeri terhadap barang-barang dalam negeri. Diantaranya ialah
faktor persaingan luar
negeri, perubahan pendapatan diluar negeri dan faktor penawaran negara itu sendiri.
Pergeseran permintaan luar negeri akan
cenderung mengurangi ekspor, yang jika berlangsung terus menerus negara
bersangkutan akan mengalami kekurangan cadangan devisa dan akhirnya akan
menimbulkan ketidakseimbangan neraca pembayaran.
- Ketidakstabilan Ekonomi
Ketidakstabilan biasanya ditandai
dengan goncangan harga dan kurs yang terus menerus. Hal ini menyebabkan
pengusaha luar negeri kehilangan
pegangan untuk membaca situasi ekonomi
dalam negeri. Kemungkinan goncangan ini disebabkan oleh kondisi politik yang
kurang stabil, sehingga sulit meramalkan keputusan politik dalam perekonomian
dalam dan luar negeri. Hal ini akan menyebabkan turunnya ekspor yang
akhirnya juga akan menyulitkan neraca pembayaran.
- Bencana Alam
Bencanan alam yang cukup besar seperti
banjir, gempa bumi, tsunami, serangan hama, penyakit tanaman, iklim dan
lain-lain. Hal ini dapat mempengaruhi neraca pembayaran terutama dalam hal
produksi.
- Keadaan Struktur Produksi
Indonesia merupakan negara agraris,
dimana struktur produksinya sangat tergantung pada faktor alamiah, sehingga penawarannya
kurang elastis atau malah
sama sekali inelastis, oleh karena
itu produksi agraris ini sukar untuk menyesuaikan penawaran dengan
perubahan permintaan luar negeri. Ekspor tidak bisa ditingkatkan dengan segera
bila permintaan luar negeri meningkat, demikian juga sebaliknya jika permintaan
luar negeri menurun ekspor dengan segera tidak dapat dibatasi.
- Perubahan Posisi Hutang Piutang Luar Negeri
Hutang piutang luar negeri biasanya jangka
panjang. Hutang akan menambah cadangan internasional suatu negara. Sebaliknya
bagi negara kreditur, pinjaman-pinjaman itu akan mengurangi cadangan
internasionalnya. Bila mana jumlah pinjaman itu cukup besar, maka adanya hutang
piutang tersebut, akan dapat menyebabkan timbulya ketidakseimbangan neraca
pembayaran yang bersangkutan.
Nilai pos – pos dalam neraca pembayaran
suatu negara dapat berfluktuasi dengan cara pola random, musiman, siklis
dan trend. Berdasarkan pola
fluktuasinya dapat dibedakan tiga macam diseekuilibrium neraca pembayaran
internasional, yaitu :
a. Disekuilbrium
neraca pembayaran musiman
Transaksi transaksi ekonomi luar negeri suatu negara
besar kecilnya sangat tergantung pada keadaan perekonomian dalam negeri dan
juga keadaan perekonomian luar negeri. Kalau keadaan ekonomi dalam hal tingkat
pendapatan, permintaan akan barang dan jasa mengalami perubahan, maka transaksi-transaksi luar
negeri yang diadakan oleh penduduk dalam negera tersebut akan mengalami perubahan juga. Kebanyakan
gejala ekonomi tersebut mempunyai sifat musiman yang berakar pada gejala alam
atau musiman yang diciptakan oleh manusia yang semuanya itu berulang tiap
tahunnya. Perubahan-perubahan yang
sifatnya musiman yang terjadi dalam perekonomian dalam negeri maupun luar
negeri dengan sendirinya akan menimbulkan perubahan pada neraca pembayaran yang
sifatnya juga musiman. Akan tetapi pada perubahan neraca pembayaran
internasional yang mempunyai pola seasonal atau musiman ini pada umumnya tidak
banyak menimbulkan masalah , sebab defisit neraca pembayaran pada bulan-bulan tertentu
akan tertutup oleh surplus pada bulan-bulan lainnya.
b. Disekuilbrium
neraca pembayaran siklis
Disekuilibrium ini timbul karena akibat dari adanya
gelombang kongjuntur yang terjadi dalam perekonomian dalam negeri atau yang
terjadi dalam perekonomian negara lain. C.P. kindleberger mengatakan bahwa tidak selalu
gelombang konjungtur terjadi dalam suatu perekonomian akan mengakibatkan
terjadinya cylical disequilibrium neraca pembayaran internasional apabila
negara tersebut mempunyai elastisitas pendapatan yang sama, elastisitas harga yang
sama, pola gelombang konjungtur yang sama dan gelombang konjungtur bekerja pada
waktu yang bersamaan. Apabila semua itu tidak sama/berbeda maka akan terjadi
cylical disequilibrium.
Solusi
untuk mengatasi disekuilibrium siklis adalah dengan digunakannya
kebijaksanaan-kebijaksanaan moneter atau fiskal. Dan juga untuk lembaga moneter
dunia Internasional Monetary Fund akan memberikan bantuan dengan memberikan
pinjaman untuk menutupi defisit neraca pembayaran yang sifatnya siklis.
c.
Disekuilibrium
neraca pembayaran Struktural
Disekuilibrium
ini timbul dari ketidakserasian antara perubahan-perubahan pada permintaan dan
penawaran akan barang barang perdagangan internasional dengan perubahan pada
penawaran faktor produksi. Beberapa penyebab Structural Disequilibrium
menurut Delbert a. snider yaitu :Berkurangnya stok capital nasional yang
sangat drastis mengurangi kapasitas produksi nasional, berubahnya pola produksi
berubahnya pola permintaan berubahnya pola perdagangan berubahnya pola
aliran capital jangka panjang, perubahan perubahan dalam bidang kelembagaan
J.
PROSES PENYEIMBANGAN NERACA PEMBAYARAN
Proses penyeimbangan kembali neraca
pembayaran meliputi penyeimbangan melalui perubahan pendapatan nasional,
tingkat harga, tingkat kurs, tingkat bunga, dan melalui sektor moneter.
1. Tingkat Harga
Neraca pembayaran yang surplus dapat menyebabkan bertambahnya uang yang
beredar, sebaliknya
neraca pembayaran defisit akan mengurangi jumlah uang yang beredar.
Pertambahan uang yang beredar menyebabkan kenaikan harga, dan sebaliknya
berkurangnya uang yang beredar menyebabakan penurunan harga. Surplus neraca
pembayaran akan meningkatakan jumlah uang yang beredar, harga naik dan inflasi
yang akan mengakibatkan daya saing produsen dalam negeri menurun dibandingkan
produsen luar negeri, hal ini akan meningkatkan impor daripada impor. Kenaikan
impor dan penurunan ekspor keduanya bersama-sama mendorong berkurangnya surplus
neraca pembayaran proses penyeimbangan ini akan berjalan terus menerus dengan
surplus neraca pembayaran suatu negara dibarengi dengan derfisit neraca
pembayaran negara asing. Jumlah uang yang beredar dinegara asing akan berkurang
maka harga akan turun
dan terjadi inflasi, berarti daya saing produsennya meningkat, terjadi
peningkatan ekspor dan penurunan impor negara asing tersebut. Dapat disimpulkan
bahwa gejala inflasi yang timbul oleh surplus neraca pembayaran bertendensi balik
menghilangkan surplus tersebut, demikian juga deflasi yang timbul akan
bertendensi balik untuk menghilangkan defisit.
2. Tingkat Kurs
Dalam
penyeimbangan melalui tingkat kurs ini adalah devaluasi untuk defisit dan
revaluasi untuk surplus.Keberhasilan devaluasi untuk menghilangkan atau
mengurangi ketidakseimbangan tergantung pada elastisitas permintaan dan
penawaran valuta asing.
3. Sektor moneter
Pendekatan
sektor moneter neraca pembayaran menganggap bahwa timbulnya ketidakseimbangan
neraca pembayaran karena ketidakseimbangan portopolio yaitu saldo kas yang
terjadi berbeda dengan saldo kas yang diinginkan masyarakat.Menyamakan saldo
kas yang terjadi dengan yang diinginkan inilah yang menyebabkan timbulnya
ketidakseimbangan neraca pembayaran dan berfluktuasinya kurs valuta asing.
Ketidakseimbangan neraca pembayaran adalah semata-mata merupakan gejala
moneter, oleh karena itu mengendalikan jumlah uang yang beredar dalam sistem
kurs tetap tidak akan ada hasilnya. Mempengaruhi jumlah uang secara efektif
akan dapat dilakukan dalam sistem kurs bebas, dalam penyeimbangan neraca
pembayaran. Pengaruh timbal balik antara kebijaksanaan moneter dinegara-negara
lain hanya akan berpengaruh kepada kurs dan tidak pada neraca pembayaran.
Sumber :
Perdagangan International & Neraca Pembayaran, Teori dan Temuan Empiris,2000,Pustaka LP3ES
Tidak ada komentar:
Posting Komentar